Mengenal Daerah Sendiri
Orang wonosobo siapa yg tidak kenal dg dataran tinggi DIENG.
tapi apakah anda tau sejarah dieng..?!
baca dulu -INI- baru bilang -YA!!!
Dieng adalah kawasan dataran tinggi di Jawa Tengah , yang masuk wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten
Wonosobo . Letaknya berada di sebelah barat kompleks Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing .
Dieng adalah kawasan vulkanik aktif dan dapat dikatakan merupakan gunung api raksasa dengan beberapa kepundan
kawah. Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.000m di atas permukaan laut. Suhu berkisar 15—20 °C di siang hari dan 10 °C
di malam hari. Pada musim kemarau (Juli dan Agustus), suhu udara dapat mencapai 0 °C di pagi hari dan memunculkan
embun beku yang oleh penduduk setempat disebut bun upas ("embun racun") karena menyebabkan kerusakan pada
tanaman pertanian.
Secara administrasi, Dieng merupakan wilayah Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara dan Dieng
("Dieng Wetan"), Kecamatan Kejajar , Kabupaten Wonosobo . Wilayah ini merupakan salah satu wilayah paling terpencil di Jawa
Tengah .
Etimologi
Nama Dieng berasal dari gabungan dua kata Bahasa Kawi : "di" yang berarti "tempat" atau "gunung" dan "Hyang " yang
bermakna ( Dewa ). Dengan demikian, Dieng berarti daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam. [1][2] Teori
lain menyatakan, nama Dieng berasal dari bahasa Sunda ("di hyang") karena diperkirakan pada masa pra- Medang (sekitar
abad ke-7 Masehi) daerah itu berada dalam pengaruh politik Kerajaan Galuh .
Geologi
Dataran tinggi Dieng (DTD) adalah dataran dengan aktivitas vulkanik di bawah permukaannya, seperti Yellowstone ataupun
Dataran Tinggi Tengger. Sesungguhnya ia adalah kaldera dengan gunung-gunung di sekitarnya sebagai tepinya. Terdapat
banyak kawah sebagai tempat keluarnya gas, uap air dan berbagai material vulkanik lainnya. Keadaan ini sangat berbahaya
bagi penduduk yang menghuni wilayah itu, terbukti dengan adanya bencana letusan gas Kawah Sinila 1979. Tidak hanya gas
beracun, tetapi juga dapat dimungkinkan terjadi gempa bumi, letusan lumpur, tanah longsor dan banjir.
Selain kawah, terdapat pula danau-danau vulkanik yang berisi air bercampur belerang sehingga memiliki warna khas kuning
kehijauan.
Secara biologi, aktivitas vulkanik di Dieng menarik karena ditemukan di air-air panas di dekat kawah beberapa spesies bakteri
termofilik ("suka panas") yang dapat dipakai untuk menyingkap kehidupan awal di bumi .
Kawah-kawah
Kawah aktif di Dieng merupakan kepundan bagi aktivitas vulkanik di bawah dataran tinggi. Pemantauan aktivitas dilakukan
oleh PVMBG melalui Pos Pengamatan Dieng di Kecamatan Karangtengah. Berikut adalah kawah-kawah aktif yang dipantau:
Candradimuka
Sibanteng
Siglagah
Sikendang, berpotensi gas beracun
Sikidang
Sileri
Sinila, berpotensi gas beracun
Timbang, berpotensi gas beracun
Kawah Sibanteng
Sibanteng terletak di Desa Dieng Kulon. Kawah ini pernah meletus freatik pada bulan Januari 2009 (15/1) [3] , menyebabkan
kawasan wisata Dieng harus ditutup beberapa hari untuk mengantisipasi terjadinya bencana keracunan gas. Letusan
lumpurnya terdengar hingga 2km, merusak hutan milik Perhutani di sekitarnya, dan menyebabkan longsor yang membendung
Kali Putih, anak Sungai Serayu .
Kawah Sibanteng pernah pula meletus pada bulan Juli 2003.
Kawah Sikidang
Sikidang adalah kawah di DTD yang paling populer dikunjungi wisatawan karena paling mudah dicapai. Kawah ini terkenal
karena lubang keluarnya gas selalu berpindah-pindah di dalam suatu kawasan luas. Dari karakter inilah namanya berasal
karena penduduk setempat melihatnya berpindah-pindah seperti kijang ( kidang dalam bahasa Jawa ).
Kawah Sileri
Sileri adalah kawah yang paling aktif dan pernah meletus beberapa kali (berdasarkan catatan : tahun 1944, 1964, 1984, Juli
2003, dan September 2009). Pada aktivitas freatik terakhir (26 September 2009) muncul tiga celah kawah baru disertai
dengan pancaran material setinggi 200 meter. [4]
Kawah Sinila
Sinila terletak di Desa Dieng Wetan. Kawah Sinila pernah meletus pada pagi hari tahun 1979, [5] tepatnya 20 Februari 1979 .
Gempa yang ditimbulkan membuat warga berlarian ke luar rumah, namun mereka terperangkap gas racun yang keluar dari
Kawah Timbang akibat terpicu letusan Sinila. [6] Sejumlah warga (149 jiwa) dan ternak tewas keracunan gas karbondioksida
yang terlepas dan menyebar ke wilayah pemukiman.
Kawah Timbang
Timbang adalah kawah yang terletak di dekat Sinila dan beraktivitas sedang. Meskipun kurang aktif, kawah ini merupakan
sumber gas CO2 berkonsentrasi tinggi yang memakan ratusan korban pada tahun 1979. Kawah ini terakhir tercatat
mengalami kenaikan aktivitas pada bulan Mei 2011 dengan menyemburkan asap putih setinggi 20 meter, mengeluarkan CO2
dalam konsentrasi melebihi ambang aman (1.000 ppm, konsentrasi normal di udara mendekati 400 ppm) dan memunculkan
gempa vulkanik [7] . Pada tanggal 31 Mei 2011 pagi, kawah ini kembali melepaskan gas CO2 hingga mencapai 1% v/v
(100.000 ppm) disertai dengan gempa tremor. Akibatnya semua aktivitas dalam radius 1 km dilarang dan warga Dusun
Simbar dan Dusun Serang diungsikan [8] .
Puncak-puncak
Gunung Prahu (2.565 m)
Gunung Pakuwaja (2.395 m)
Gunung Sikunir (2.263 m), tempat wisata, dekat Sembungan
Danau vulkanik
Telaga Warna, obyek wisata dengan tempat persemadian di dekatnya
Telaga Cebong, dekat desa wisata Sembungan
Telaga Merdada
Telaga Pengilon
Telaga Dringo
Telaga Nila
Obyek wisata
Kompleks Candi Arjuna, Dieng
Beberapa peninggalan budaya dan alam telah dijadikan sebagai obyek wisata dan dikelola bersama oleh dua kabupaten, yaitu
Banjarnegara dan Wonosobo. Berikut beberapa obyek wisata di Dieng.
Telaga : Telaga Warna, sebuah telaga yang sering memunculkan nuansa warna merah, hijau, biru, putih, dan lembayung,
Telaga Pengilon, yang letaknya bersebelahan persis dengan Telaga Warna, uniknya warna air di telaga ini bening seperti
tidak tercampur belerang. Keunikan lain adalah yang membatasi Telaga Warna dengan Telaga Pengilon hanyalah
rerumputan yang terbentuk seperti rawa kecil. Telaga Merdada, adalah merupakan yang terbesar di antara teelaga yang
ada di Dataran Tinggi Dieng. Airnya yang tidak pernah surut dijadikan sebagai pengairan untuk ladang pertanian. Bahkan
Telaga ini juga digunakan para pemancing untuk menyalurkan hobi atau juga wisatawan yang sekedar berkeliling dengan
perahu kecil yang disewakan oleh penduduk setempat.
Kawah : Sikidang, Sileri, Sinila (meletus dan mengeluarkan gas beracun pada tahun 1979 dengan korban 149 jiwa), Kawah
Candradimuka.
Kompleks candi-candi Hindu yang dibangun pada abad ke-7 , antara lain: Candi Gatotkaca , Candi Bima , Candi Arjuna,
Candi Semar, Candi Sembadra, Candi Srikandi, Candi Setyaki, Gangsiran Aswatama, dan Candi Dwarawati.
Gua : Gua Semar, Gua Jaran, Gua Sumur. Terletak di antara Telaga Warna dan Telaga Pengilon, sering digunakan sebagai
tempat olah spiritual.
Sumur Jalatunda.
Dieng Volcanic Theater, teater untuk melihat film tentang kegunungapian di Dieng.
Museum Dieng Kailasa , menyimpan artefak dan memberikan informasi tentang alam (geologi, flora-fauna), masyarakat
Dieng (keseharian, pertanian, kepercayaan, kesenian) serta warisan arkeologi dari Dieng. Memiliki teater untuk melihat film
(saat ini tentang arkeologi Dieng), panggung terbuka di atas atap museum, serta restoran.
Mata air Sungai Serayu , sering disebut dengan Tuk Bima Lukar ( Tuk = mata air).
Pertanian
Kawasan Dieng merupakan penghasil sayuran dataran tinggi untuk wilayah Jawa Tengah. Kentang adalah komoditi utama.
Selain itu, wortel , kubis, dan berbagai bawang-bawangan dihasilkan dari kawasan ini. Selain sayuran, Dieng juga merupakan
sentra penghasil pepaya gunung ( carica ) dan jamur.
Namun demikian, akibat aktivitas pertanian yang pesat kawasan hutan di puncak-puncak pegunungan hampir habis
dikonversi menjadi lahan pertanaman sayur.
Lapangan geotermal
Kawasan Dieng masih aktif secara geologi dan banyak memiliki sumber-sumber energi hidrotermal. Ada tiga lapangan
hidrotermal utama, yaitu Pakuwaja, Sileri, dan Sikidang. Di ketiganya terdapat fumarola (kawah uap) aktif, kolam lumpur, dan
lapangan uap. Mata air panas ditemukan, misalnya, di Bitingan, Siglagah, Pulosari, dan Jojogan, dengan suhu rata-rata mulai
dari 25°C (Jojogan) sampai 58°C (Siglagah) [9] . Kawasan Sikidang telah mulai dimanfaatkan sebagai sumber energi
hidrotermal.