Saat kursi kepemimpinan dipegang oleh seseorang yang masih muda, seringkali
ada anggapan bahwa kapabilitas dan kekuatan karakter maupun skill dalam
menghadapi tekanan akan dipertanyakan oleh orang lain maupun anak buahnya
sendiri. Ada pikiran skeptis dikalangan luas bahwa orang muda tidak mampu atau
setidaknya belum layak untuk memimpin. Image yang melekat dan cenderung
menjadi stereotype adalah bahwa pemimpin itu harus yang senior, pintar,
dan berpengalaman.
Padahal, jika melihat realitas saat ini, banyak generasi muda yang sukses
membangun bisnis, bertahan dari terpaan masalah internal dan krisis global,
hingga akhirnya membawa organisasi menuju puncak. Mereka juga seringkali
memiliki stamina dan pemikiran-pemikiran yang fresh, out of the box yang
sebenarnya mampu mendobrak stigma senior memimpin lebih baik.
Hal ini menunjukkan bahwa ada kekhawatiran yang tidak perlu bahwa junior
tidak memiliki mental leadership dan kurang dewasa dalam bersikap.
Sebab, kedewasaan atau kematangan seseorang bukanlah ditentukan oleh usia
mereka, melainkan pada kematangan emosi dan karakter.
Banyak pemimpin yang handal dalam menjalankan organisasi namun ternyata
memiliki karakter kepemimpinan yang tidak berkembang, misalnya ahli dalam
strategi bisnis, memiliki ide-ide yang brilian, keterampilannya dalam berbagai
hal terus berkembang, namun ia tidak bisa mengendalikan emosi, tidak bisa
membangun hubungan dengan karyawan, tidak bisa berperan sebagai mentor.
Semua sikap itu menunjukkan seorang pemimpin yang belum mature secara
utuh. Sebab, idealnya seorang pemimpin bukan hanya matang jiwanya, tapi juga
cara memimpinnya, tingkat intelektualitasnya, passion-nya terhadap apa
yang dikerjakan, dan spiritualitasnya. Masing-masing unsur mature leadership
akan dijelaskan dibawah ini:
Matang secara emosi. Pemimpin yang EQ (Emotional
Quotation)-nya tinggi memiliki kemampuan mengelola perasaannya dengan sangat
baik. Sikapnya cenderung tenang, stabil, berjiwa besar, rendah hati, dan mampu
membina hubungan baik dengan orang lain. Pemimpin yang kurang matang selalu
mengedepankan emosinya manakala menghadapi masalah. Akibatnya ia akan mengambil
keputusan dengan tergesa-gesa berdasarkan penilaian subyektif dan akhirnya
berbuah kesalahan. Bagaimana seorang menyikapi, merespon, dan bereaksi terhadap
suatu keadaan dapat menunjukkan tingkat kedewasaan yang ia miliki sekaligus
menentukan kadar interaksi sosialnya. Pemimpin yang mudah emosi, egois,
asosial, dan selalu berpikir negatif akan membuat suasana kerja menjadi tidak
nyaman bagi anak buah, sehingga pada akhirnya dapat mengganggu kondusifitas dan
produktifitas kerja.
Matang dalam bersikap. Kedewasaan seorang pemimpin akan
tercermin dalam perilakunya sehari-hari. Pemimpin yang ikhlas dalam menjalankan
tugasnya akan bekerja keras tanpa pamrih. Ia tidak akan menyalahgunakan
wewenangnya untuk kepentingan pribadi, selalu jujur, dan bertanggung jawab pada
setiap hal yang menjadi kewajibannya. Dengan sikapnya yang selalu mengayomi dan
peduli, ia dihormati dan dicintai oleh anak buahnya. Ketegasan dan konsistensinya
dalam memimpin menjadi teladan bagi semua orang.
Matang secara intelektual. Tidak berarti bahwa ia harus
genius dan ber-IQ tinggi. Maksudnya adalah kemampuan dan kemauan untuk terus
belajar dan meng-upgrade diri. Kejeliannya dalam mengidentifikasi permasalahan,
memilih alternatif, dan akhirnya memutuskan yang terbaik bagi organisasi. Ia
harus menguasai bidangnya, baik yang dicapai melalui jalur akademis maupun
berdasarkan pengalaman.
Memiliki passion yang kuat. Pemimpin merupakan
tumpuan bagi pengikutnya. Jika seorang pemimpin bersikap lemah, maka anak
buahnya menjadi goyah. Pemimpin yang sukses itu orang-orang yang memiliki
mental kuat, tahan banting, berdaya juang tinggi, berani ambil resiko dan
keluar dari zona nyaman, serta pantang menyerah. Namun, dibalik sikapnya yang
terlihat agresif dan ambisius, ia adalah seorang yang humble, tidak
kaku, dan pintar bergaul.
Matang secara spiritual. Pemimpin yang matang secara
spiritual dapat menjadi imam bagi para pengikutnya. Kepemimpinannya dianggap
sebagai amanah yang harus dipertanggungjawabkan sehingga ia tidak akan
menggunakannya dengan semena-mena. Ketaatannya pada keyakinan yang dianut dapat
menjadi inspirasi dan teladan bagi anak buah. Kebaikan-kebaikan dan nilai moral
yang dimiliki oleh pemimpin sebagai hasil dari kerelijiusannya akan membuat
pengikutnya bertambah hormat dan percaya padanya
Saya sendiri ngepoting post ini, karena saya sendiri merasa kurang matang dan perlu banyak belajar dari tulisan di atas mari bersama kita belajar menempatkan diri kita ke dalam kedewasaan dan kematangan.